Senin, 30 Mei 2016

Wanita Tak Melulu Harus Manja dan Lucu tapi Juga Harus Tangguh!!!

Masih teringat di pikiranku seistimewa apa aku dihadapanmu. mata tak berani menolak jika terkadang di pelupuknya masih sering tergambar jelas senyum itu. hari ini aku seperti kembali ke masa lalu. tepat dimana pernah terucap sebuah janji namun sampai saat ini tak kunjung engkau tepati. kata mereka melupakan itu sulit, dan aku tau jelas, seberapa banyak air mata yang jatuh saat tangan kehilangan tangan lain yang pernah menggengamnya.
    Berawal dari "hey" satu kata yang sederhana tapi mampu menggoyah ketegasan hati yang sebelumnya tak pernah tertandingi. diawali cerita kita, kau membuat senyum seolah penuh kebahagiaan. aku pernah mendengar ungkapan tentang belahan jiwa dan kehadiranmu sukses membodohi imajinasi untuk menyematkan ungkapan buatmu.
     "Terkhusus untukmu, kini aku terlatig untuk menutup rapat pintu hati."
Aku tak pernah tau apa alasan yang mengkokohkan langkahmu untuk pergi menjauh. dan seandainya waktu memberimu kesempatan untuk menjelaskannya kembali bisa ku pastikan angin memuhak padaku agar tidak mendengarkan celotehanmu lagi...
    Aku masih sama seperti kebanykan wanita yang jika disapa cinta pasti langsung menoleh dengan anggunnya. yang aku tau cinta itu berwarna tak selalu hitam pekat. dia juga hadiah dari karunia Sang Pencipta. Hal ini yang kemudian menyadarkanku bahwa orang sepertimu tak pernah pantas untuk menjadi tuannya.
     "Kamu Hanya Mantan. Maaf jika ketegasanku menyakitkan karena saat ini aku sudah punya tataan masa depan"
Bukankan dulu kau pernah mengatakan aku adalah wanita terhebatmu?? Iya kini aku telah membuktikannya bahkan mesti tanpa engkau, aku berani meraih semua cintaku. aku mengerti hidup ini terlalu kemayu jika hanya memodalkan sikap manja dan lucu. aku bukan ingin menandingi kegagahanmu, tapi aku hnya ingin memperlihatkan begitu mandirinya aku sekarang. impian yang selama ini sempat tertunda karena terlalu fokus padamu kini mulai tercapai satu persatu. aku tak berharap kau menyesali semuanya, apa lagi untuk kembali padaku sungguh aku tak pernah mengharapkan itu. aku hanya ingin kau sebagai penonton saat aku memainkan peranku dalam menggapai semua impian.
"ingat ya hanya sebagai penonton bukan pemeran cerita"

Selasa, 24 Mei 2016

Hai, Kamu. Pelipur Segala Lara Yang ada Di Hatiku

Hai Pelipur Laraku,
Jarak dan waktu yang kita lalui, belum terlalu lama aku mengenalmu, belum terlalu aku mengarungi jatuh hati kepadamu, dan belum terlalu dalam rasa sayang ini mulai merekah, 
Iya kamu, kamu yang membuatku hanyut dalam indahnya cinta, kamu yang telah membuat nyamannya hati saat bersamamu,
   Saat aku mengalami patah dan kepunahan hati untuk yang kesekian kalinya, saat aku mengalami keterpurukan akan beberapa lelaki yang berhasil mematahkan hatiku kembali, seperti tak mau aku mengulang hubungan baru seperti enggan membuka hati untuk siapapun, aku memilih menutup diri, aku memilih sendiri, tapi kenyataan memang pengalaman yang mengajarkanku walau aku selalu gagal menerapkan semua pengalaman yang aku lalui.
   Kita bertemu karena dipertemukan oleh tuhan, bukan suatu kebetulan yang harus di lihat adanya... entah sebagai apa kamu nantinya di hatiku, pengalaman buruk yang sama, yang pernah kita lalui saat aku belum mengenalmu dan bahkan kau sempat menjadi milik orang lain, begitupun dengan aku, aku menjalani hubungan dengan beberapa lelaki, pernah sebagai Friendzone, pernah sebagai bagian dalam hidupku, bahkan pernah sebagai tunanganku.
   Tapi apa dayaku, Tuhan yang mempertemukan aku denganmu.
Aku belajar dari pengalaman hidup, tukar fikiran denganmu mebuatku seakan enggan untuk membuatjy membuatjy sekedar berteman denganmu, tutur katamu yang selalu menjadi bayang di tiap perjalananku, sikapmu yang membuatku selalu nyaman berada didekatmu, rntah tak dapatku katakan lagi.
Meniti perjalanan dengamu mengajarkanku untuk menikmati prosesnya, memberikan semangat yang tiada hentinya,
Ku Nikmati ini Tuhan, karena keyakinan hati tidak dapat membohongi pemiliknya, dan karena kamu pelipur segala lara dari semua kesedihanku....

Sabtu, 07 Mei 2016

Pergi Begitu Saja!!!!

Detik yg mencekik hampa,
Hari yg berlalu bisu... Menghadirkan gerah di setiap nafasku
Terengah dibuai asa getir, tergopoh dibaui kecewa lama.

Tinggallah duka yg bertahta...
Menyisakan perih di atas luka yg belum mengering!!!

Pedih cintamu terlanjut menyudutkanku, di batas dunia yg begitu asing
Dan kau.....
    Terpelanting dari sampingku begitu saja tanpa sisa senyum yang menggungah rindu...

Rabu, 04 Mei 2016

Ini Adalah Untukmu, yang Membual Perihal Masa Depan dan Pergi

 
Sejak awal matamu beradu pandang dengan milikku, aku hanya ingin menebak sesuatu, memastikan bahwa kau tidak akan tertarik denganku, begitupun aku juga yakin tidak akan pernah tertarik denganmu, apalagi mengizinkanmu menjadi penghuni hatiku, mustahil....
Namun nyatanya? aku juga tidak pernah menyangka kebekuan hatiku yang sedang terombang ambing ternyata menjadi kesempatan emas untukmu, dan kaupun mulai berusaha memasukinya dengan berbagai kilas yang meyakinkan, meluluhkan es yang telah mengeras di diriku. Dan tampaknya, berhasil....
Sedikit demi sedikit kau mulai menampakkan diri bahwa kau adalah domba yang dipenuhi berbagai pengalaman dan kelebihan, kemampuan komunikasi, persuasi yang kau miliki begitu membuatku tertegun hingga menjadi hempasan bahwa tak ada salahnya memberi kesempatan atas usahamu untuk mendekat agar memberikan warna baru dalam kehidupanku.
Begitulah, pada akhirnya pertahananku runtuh juga, kita semakin dekat sebab komunikasi yang terbangun, apalagi caramu mengambil hatiku serasa begitu mengalir, ampuh dan menenangkan. Kedamaian menyusup dengan lembut di setiap sela kehidupan yang semakin ceria.
Aku hanya melaluinya dengan alami, hingga jenjang yang begitu menjanjikan. Harapan untuk bersatu, membangun rumah tangga mulai diutarakan kepada pihak keluarga. Awalnya aku merasa yakin bahwa ucapan-ucapanmu yang meyakinkan, bukanlah bualan semata.
"Aku akan menyiapkan segalanya mulai dari biaya, rumah, kendaraan, pekerjaan, tunggulah! Aku akan segera menemui orang tuamu"
Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau sudah siap segala-galanya untuk hidup bersamaku?
Ternyata, tak lama waktu berselang, aku sudah mendengarmu sering berdua dan bercanda tawa dengan perempuan lain.
Aku tak pernah mempermasalahkan kau dengan siapapun, yang ada aku sangat bersyukur setelah mengetahui ternyata kau adalah pembual yang begitu mudahnya berpaling hati dan melupakan segala janji manis serta hembusan angin surga yang begitu meyakinkanku. Mungkin sebutan anjing berbulu domba cukup pantas untukmu.
Terima kasih telah membuatku semakin yakin bahwa melepasmu adalah jalan terbaik...